Pemburu Rembulan - Ringkasan (Bahasa Indonesia)5
Rabu, 1 April 2020
Pemburu Rembulan
Oleh : Arul Chandrana
Bab 10 - Panduan Langkah Tepat Jika Kau Menemukan Ayam Goreng di Pinggir Hutan
Bab 11 - Sang Imam dan Kutu Hyena
Deskripsi Cerita
Bab 10 Panduan Langkah Tepat Jika Kau Menemukan Ayam Goreng di Pinggir Hutan (halaman 149-159)
Anak-anak mulai gelisah kepada Ustadz Arul yang belum keluar dari dalam air selama 35 menit. Ternyata banyangan hitam itu bukan tubuh Ustadz Arul tetapi hanya baju yang jatuh ke air. Anak-anak pun berteriak memanggil Ustadz Arul dan mencarinya. Sebuah suara berseru dari arah pohon potak berdiri. Serentak mereka berpaling ke arah datangnya suara. Disana, Arul sedang bertengger di atas akar besar sambil nyengir mengawasi bocah-bocah yang panik wajahnya. Arul mengambil sesuatu dari tempat yang tertutupi akar potak, salang. Didalamnya terdapat makanan yang banyak. Rokip menjelaskan kalau itu adalah sesajen buat Panongghuna Songai Potak, kalau dimakan nanti bisa mati. Arul tersenyum mendengar Rokip menjelaskan seperti itu. Arul pun menata makanannya dan memakannya sambil mengucapkan bismillah, anak-anak berteriak panik karena takut Ustad Arul mati.
Arul menawarkan makan kepada anak-anak tapi anak-anak tidak mau karena takut. Arul menjelaskan bahwa jin, setan adalah ciptaan Allah Swt. Karena itu, mereka juga di atur sama Allah. Sama seperti manusia, mereka juga punya makanan sendiri. Sebanyak apa pun sejajen yang kita berikan, mereka tidak akan pernah memakannya. Dan orang-orang yang memberi sesajen itu adalah jebakan setan. Dan akhirnya orang itu sudah berdosa dan syirik.
Setelah mendengar penjelasan dari Ustadz Arul kalau makanan itu tidak boleh didiamkan nantinya mubadzir, anak-anak pun mulai mendekati Ustad Arul dan memakan makanan itu.
Bab 11 Sang Imam dan Kutu Hyena (halaman 160-174)
Jamaah sholat Isya di rumah Pak Mustar terasa agak berbeda dari biasanya. Biasanya Pak Mustar yang mengimami. Tapi kali ini, atas permintaan Bu Mustar dan paksaan Pak Mustar, Arul-lah yang bertindak sebagai imam sholat. Disela-sela ayat Al-Qur'an yang dibaca Arul ada saja cekikikan tertahan yang keluar dari mulut Amar. Dasar kutu Hyena dalam hati Arul. Memang suara Arul tidak seberapa merdu, tapi tidaklah sumbang. Bacaannya tidak buruk, makhorijul huruf dan tajwidnya pun tak salah. Hanya saja nadanya itu sungguh mengenaskan.
Habis sholat, Arul langsung berbalik melototi Amar yang duduk meringkuk memegangi perut. Tapi begitu ekor matanya melihat wajah Pak Mustar san Bu Mustar, hati Arul pun langsung kecut. Wajah beliau berdua mengerut. Beliau berdua berjuang keras menahan tawa hanya untuk tidak menyakiti perasaan Arul yang mati-matian bengatur nada ngajinya saat mengimami mereka barusan. Arul bangkit dari sajadahnya, langsung pergi masuk kamar.
Amar menyuruh Arul untuk berganti pakaian. Dia akan mengajak Arul pergi ke rumah Rama Kamali, Bapaknya Hirzi untuk makan malam. Arul pun langsungbangjit dari tidurnya setelah mendengar akan ke rumah Hirzi.
Saat diperjalanan Arul masih mengungkit peristiwa sholat berjamaah Isya tadi karena ia masih belum terima Amal menertawakannya. Sepanjang perjalanan, mereka asyik membicarakan semua yang mereka alami seharian. Tak lama kemudian, sampailah mereka di ujung paling barat Kampung Somor. Disana ada lima belasan rumah, beberapa diantaranya masih berupa rumah panggung. Rumah Rama Kamali adalah salah satu dari rumah panggung teesebut.
Arul dan Amar mengucapkan salam. Istrinya Pak Rama Kamali membuka pintu dan melihat kepada Amar dan Arul. Lalu menunjuk Amar bahwa ia salah satunya yang ikut ngajar di TPA karena Hirzi susah cerita. Dan istrinya Rama Kamali mempersilahkan masuk Arul dan Amar. Di ruang makan, meja semarak diisi segala macam hidangan. Hal pertama yang ingin dilihat Arul setelah melihat sajian itu, tentu saja ekspresi sahabatnya. Rama Kamali datang dan menyambut mereka berdua dan mempeesilahkan duduk di meja makan. Sebuah suara muncul dari arah dapur dan datanglah Hirzi membawa buah pencuci mulut. Orang Bawean memang suka semua hidangan langsung tersaji di meja. Jantung Arul berdetak kencang saat Hirzi hadir dengan salaksa keanggunan yang dipancarkannya. Kalimat Rama Kamali membuyarkan kepesonaan Arul. Bu Kamali menyuruk untuK mulai makan. Amar menjawab dengan penuh semangat. Dengan agak malu-malu dan sungkan, Arul pun mengambil nasinya. Satu hal yang tidak di sadari Arul, tadi Hirzi mencuri pandang ke arahnya. Ruangkan makan pun hening dari suara manusia.
Selesai makan, barulah Amar bisa melayani Rama Kamali yang pura-puranya ingin membicarakan proyek bisnis umbi scratophy. Amar pun menanggapinya dengan antusias dan meyakinkan. Arul lebih memilih duduk di luar, di beransa rumah, menikmati keheningan malam kampung nelayan sambil menyaksikan lautan yang kemilau dalam ruangan cahaya bulan tanggal
Anak-anak mulai gelisah kepada Ustadz Arul yang belum keluar dari dalam air selama 35 menit. Ternyata banyangan hitam itu bukan tubuh Ustadz Arul tetapi hanya baju yang jatuh ke air. Anak-anak pun berteriak memanggil Ustadz Arul dan mencarinya. Sebuah suara berseru dari arah pohon potak berdiri. Serentak mereka berpaling ke arah datangnya suara. Disana, Arul sedang bertengger di atas akar besar sambil nyengir mengawasi bocah-bocah yang panik wajahnya. Arul mengambil sesuatu dari tempat yang tertutupi akar potak, salang. Didalamnya terdapat makanan yang banyak. Rokip menjelaskan kalau itu adalah sesajen buat Panongghuna Songai Potak, kalau dimakan nanti bisa mati. Arul tersenyum mendengar Rokip menjelaskan seperti itu. Arul pun menata makanannya dan memakannya sambil mengucapkan bismillah, anak-anak berteriak panik karena takut Ustad Arul mati.
Arul menawarkan makan kepada anak-anak tapi anak-anak tidak mau karena takut. Arul menjelaskan bahwa jin, setan adalah ciptaan Allah Swt. Karena itu, mereka juga di atur sama Allah. Sama seperti manusia, mereka juga punya makanan sendiri. Sebanyak apa pun sejajen yang kita berikan, mereka tidak akan pernah memakannya. Dan orang-orang yang memberi sesajen itu adalah jebakan setan. Dan akhirnya orang itu sudah berdosa dan syirik.
Setelah mendengar penjelasan dari Ustadz Arul kalau makanan itu tidak boleh didiamkan nantinya mubadzir, anak-anak pun mulai mendekati Ustad Arul dan memakan makanan itu.
Bab 11 Sang Imam dan Kutu Hyena (halaman 160-174)
Jamaah sholat Isya di rumah Pak Mustar terasa agak berbeda dari biasanya. Biasanya Pak Mustar yang mengimami. Tapi kali ini, atas permintaan Bu Mustar dan paksaan Pak Mustar, Arul-lah yang bertindak sebagai imam sholat. Disela-sela ayat Al-Qur'an yang dibaca Arul ada saja cekikikan tertahan yang keluar dari mulut Amar. Dasar kutu Hyena dalam hati Arul. Memang suara Arul tidak seberapa merdu, tapi tidaklah sumbang. Bacaannya tidak buruk, makhorijul huruf dan tajwidnya pun tak salah. Hanya saja nadanya itu sungguh mengenaskan.
Habis sholat, Arul langsung berbalik melototi Amar yang duduk meringkuk memegangi perut. Tapi begitu ekor matanya melihat wajah Pak Mustar san Bu Mustar, hati Arul pun langsung kecut. Wajah beliau berdua mengerut. Beliau berdua berjuang keras menahan tawa hanya untuk tidak menyakiti perasaan Arul yang mati-matian bengatur nada ngajinya saat mengimami mereka barusan. Arul bangkit dari sajadahnya, langsung pergi masuk kamar.
Amar menyuruh Arul untuk berganti pakaian. Dia akan mengajak Arul pergi ke rumah Rama Kamali, Bapaknya Hirzi untuk makan malam. Arul pun langsungbangjit dari tidurnya setelah mendengar akan ke rumah Hirzi.
Saat diperjalanan Arul masih mengungkit peristiwa sholat berjamaah Isya tadi karena ia masih belum terima Amal menertawakannya. Sepanjang perjalanan, mereka asyik membicarakan semua yang mereka alami seharian. Tak lama kemudian, sampailah mereka di ujung paling barat Kampung Somor. Disana ada lima belasan rumah, beberapa diantaranya masih berupa rumah panggung. Rumah Rama Kamali adalah salah satu dari rumah panggung teesebut.
Arul dan Amar mengucapkan salam. Istrinya Pak Rama Kamali membuka pintu dan melihat kepada Amar dan Arul. Lalu menunjuk Amar bahwa ia salah satunya yang ikut ngajar di TPA karena Hirzi susah cerita. Dan istrinya Rama Kamali mempersilahkan masuk Arul dan Amar. Di ruang makan, meja semarak diisi segala macam hidangan. Hal pertama yang ingin dilihat Arul setelah melihat sajian itu, tentu saja ekspresi sahabatnya. Rama Kamali datang dan menyambut mereka berdua dan mempeesilahkan duduk di meja makan. Sebuah suara muncul dari arah dapur dan datanglah Hirzi membawa buah pencuci mulut. Orang Bawean memang suka semua hidangan langsung tersaji di meja. Jantung Arul berdetak kencang saat Hirzi hadir dengan salaksa keanggunan yang dipancarkannya. Kalimat Rama Kamali membuyarkan kepesonaan Arul. Bu Kamali menyuruk untuK mulai makan. Amar menjawab dengan penuh semangat. Dengan agak malu-malu dan sungkan, Arul pun mengambil nasinya. Satu hal yang tidak di sadari Arul, tadi Hirzi mencuri pandang ke arahnya. Ruangkan makan pun hening dari suara manusia.
Selesai makan, barulah Amar bisa melayani Rama Kamali yang pura-puranya ingin membicarakan proyek bisnis umbi scratophy. Amar pun menanggapinya dengan antusias dan meyakinkan. Arul lebih memilih duduk di luar, di beransa rumah, menikmati keheningan malam kampung nelayan sambil menyaksikan lautan yang kemilau dalam ruangan cahaya bulan tanggal
Format penilaian :
- Tanda baca : 20
- Pilihan kata : 18
- Struktur kalimat : 18
- Detail isi cerita : 40
IDA FITRIANA
XI MIPA 7
Komentar
Posting Komentar